'Aku ingat kapan terakhir kali kau jatuh cinta.'
'oya? tell me. pasti bukan pada pandangan pertama, kan?'
'bukan. bahkan dia bukan tipemu sama sekali.' aku terkekeh 'setidaknya dia 4 inci lebih pendek dari seharusnya, dan sedikit kelebihan lemak.'
'tapi dia cukup ganteng, kok' kilahku
'kali kedua kau bertemu dengannya' lanjutnya, 'hampir kau mengelak untuk datang seperti janjimu. hari itu kau datang bukan hanya untuk bertemu dia. tapi diam-diam kamu memastikan ia datang.'
'hmm.. aku ingat meninggalkannya untuk berbicara dengan seorang teman. Ketika aku akan kembali, seseorang akan menyanyi di atas pentas.'
'kau lalu mengambil tempat duduk tamu tepat di ujung belakang ruangan yang gelap, lalu menatapnya dari kejauhan. Kau menikmati tontonan caranya berbincang dan tertawa. Kau pasti sadar betul kalau sesekali ia menoleh ke berbagai sudut jauh, seperti mencari seseorang.'
'dia mungkin memang sedang menunggu seseorang.'
'tapi kau berharap ia sedang mencarimu.' wajahku menghangat
'aku berharap segera menyeretnya keluar dari ruangan cafe saat itu juga'
'kau menatapnya terus sambil berusaha mendengarkan seorang jurnalis senior menyanyi di atas panggung. Kau tahu ia tidak sedang melantunkan We Could Be In Love-nya Lea Salonga, seperti dalam lamunanmu.' aku tertawa geli
'ketika kau kembali ke sudut jangkauannya, ia menghampirimu dan bilang: jadi kita main kucing-kucingan?'
'hehehe.. aku terlalu cepat 12 tahun untuk ingin terlihat terus menempel orang yang sedang aku suka.'
'tapi malam itu aku melihatmu jatuh cinta. ia membuatmu terus tertawa tanpa membakar selinting cimeng pun ketika kalian makan bersama.' aku nyaris tersedak
'ia membuat kami berputar-putar cukup lama sebelum memutuskan makan malam di mana seusai acara itu. sudah seharusnya ia berusaha membuatku lupa kalau sudah kelaparan'
'kalau begitu kau pasti ingat bagaimana kalian berpisah malam itu.'
'melepaskan seat-belt adalah hal terakhir yang ingin kulakukan sebelum aku berjalan sendirian ke rumahku.'
'hey, jangan lupa.. kau sempat mengecup pipinya!'
'tapi dia lebih dulu menarikku ke pelukannya'
'bagaimana rasanya?'
'hangat, manis dan sedikit lembut. seperti Choco Volcano di Minus Two.'
'kukira tidak ada lelehan'
'tentu saja, itu bukan kecupan basah. tapi hatiku yang meleleh.'
'hehehe.. mencoba keberuntungan terakhir, eh?
'tidak. kami punya malam-malam lain setelahnya. tapi kisah cinta hanya terjadi malam itu.'
'jadi tidak berakhir bahagia, menurutmu?'
'hey, bukankah semua kisah cinta berakhir duka? kebersamaan hanya perpisahan yang tertahankan.'
'kau tahu, aku tidak hanya telah mengingatkanmu kapan terakhir kali kau jatuh cinta.'
'apa lagi?'
'kau tahu.' aku tersenyum kecut.
'bahwa kita cuma bisa jatuh cinta sekali saja pada seseorang.'
'setidaknya kau ingat.'
'ya. setidaknya kau mengingatkanku.'
Lalu si Angel of Love pergi untuk melanjutkan tugasnya menghibur para jomblo lain di hari kasih sayang.
Tamat.
Komentar
Posting Komentar