Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Jelajah Pahatan Alam Cukang Taneuh, Grand Canyon dari Jawa Barat.

Catatan laporan perjalanan menjelajahi Green Canyon, Cukang Taneuh, 19-21 September 2014 Sobar yang Sabar Perjalanan 18 orang yang berasal dari berbagai sudut Jakarta malam itu, Jumat 19 September 2014 di mulai dari Plaza Semanggi sebagai meeting point. Di mana tour leader kami yang lucu dari Like This Adventure, Sobar, sudah menunggu rombongan dengan sabar sampai rambutnya keriting en numbh kumis. Gak deng, kayaknya udah dari sononya dia keriting & kumisan. Saya sendiri berangkat langsung sepulang kantor masih lengkap dengan pakaian kerja dengan tas ransel di punggung berisi pakaian dan keperluan selama 2 hari ke depan. Setelah menunggu anggota rombongan lengkap, minibus Elf yang kami tumpangi pun menggelinding keluar dari area Plaza Semanggi sekitar pukul 20.30 WIB.  Kurang lebih 9 jam di perjalanan melalui tol Jakarta-Cikampek, Cileunyi, terus ke Ciamis, Kota Banjar, Pangandaran, dst. Untuk rute lebih detil silahkan cek engkong  gugel  aja, deh. 

Negeri di sebuah TPS

Meski harus berjalan kaki di bawah terik pukul 1 siang itu, beruntung kami hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di TPS 9, lokasi nyoblos kami pagi sebelumnya. Tak seperti pileg April lalu yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Rasa penasaran mengantarkanku dan papa berniat nongkrongin perhitungan suara pilpres di TPS kami. Awalnya aku sempat kuatir kehadiran kami tidak akan disukai. Mengingat isu money politic dari salah satu capres sempat santer merebak selama masa kampanye, tidak menutup kemungkinan itu terjadi pula pada lingkaran terdekat penyelenggara. Apalagi kenyataan bahwa kami adalah minoritas yang kerap 'disingkirkan' dari arena politik meski hanya ingin jadi penonton. Lokasi TPS yang begitu hening membuat kedatangan kami menarik perhatian semua petugas KPPS. Tidak terlihat warga sama sekali di sana. Hanya para petugas yang seketika memandang ke arah kami dengan mimik surprised . Selama sepersekian detik itu adalah awkward moment . Entah kenapa lagu "P...

War Horse; Air Mata Perang, Cinta dan Keyakinan.

Akhir pekan lalu waktu pulang ke rumah ortu. Sebuah film berjudul War Horse baru saja mulai tayang di layar tv saat hampir seisi rumah sudah tertidur. Mama dan adikku bahkan sudah terlelap, masing-masing di spring bed depan tivi dan sofa di ruangan sama. Sementara aku yang berbaring pada sehelai tikar di lantai di depan tivi hanya berguling-guling bosan sambil memainkan aplikasi media sosial di smartphone yang tidak bisa-bisa update lantaran signal AXIS yang makin buruk pasca diakuisi oleh XL. Awalnya aku ingin turut memejamkan mata saja. Tapi tidak terbesit rasa kantuk sama sekali.

Go Lala Go!

Film ini pertama kali gue tonton di jam les mandarin gue, disetelin sama Lao Shi gue. Di samping belajarin dialog-dialognya, gue jadi perhatiin jalan ceritanya. Eh ternyata lumayan bagus juga, loh. Konon katanya (hasil riset aka gugling) film ini bersaing ketat dengan "Clash of The Titan" di box office pada 2010. Kisahnya tentang perjuangan seorang gadis yang ambisius untuk mengejar kariernya, Du La La ( Xu Jinglei ) dan menemukan titik keseimbangan dengan kehidupan pribadinya. Diperankan oleh sutradaranya sendiri, film ini mengambil setting kehidupan metropolitan Hongkong. Du La La berhasil mendapat promosi berkat kerja kerasnya dan meraih jabatan tinggi hanya dalam waktu 5 tahun bekerja di sebuah perusahaan bergengsi. Konflik dijalin oleh kisah asmara Lala yang seorang sekretaris dengan atasannya, David (Stanley Huang) direktur sales perusahaan yang sama. Sayang aturan perusahaan melarang hubungan asmara antar karyawan. Mereka pun menjalin cinta secara diam-diam....

A Blossoming Tree

Poems by 席慕容 Xí Mùróng 一棵开花的树 Yì kē kāihuā de shù A Blossoming Tree Pohon Berbunga 如何让你遇见我 Rúhé ràng nĭ yùjiàn wŏ How do I let you meet me, Bagaimana caranya agar kau memandangku, 在我最美丽的时刻 Zài wŏ zuì mĕilì de shíkè At my most beautiful moment. Pada saat terindah hidupku 为这 Wèi zhè For this, Untuk ini, 我已在佛前求了五百年 Wŏ yĭ zài fó qián qiú le wŭ băi nián I've prayed to Heaven for 500 years , Aku telah berdoa pada surga selama 500 tahun, 求佛让我们结一段尘缘 Qiú fó ràng wŏmen jié yí duàn chényuán For bringing us together with fate . Agar mempertemukan nasib kita di dunia 佛于是把我化做一棵树 Fó yúshì bă wŏ huà zuò yì kē shù Heaven destined me to be a tree , Lalu surga menakdirkanku menjadi sebatang pohon 长在你必经的路旁 Zhăng zài nĭ bì jīng de lùpáng Growing on the roadside that you pass by every day. Tumbuh di tepi jalan yang mungkin kau lalui 阳光下 Yángguāng xià Under the sunlight, Di bawah sinar mentari 慎重地开满了花 Shènzhòng de k...

Night Before Valentine

'Aku ingat kapan terakhir kali kau jatuh cinta.' 'oya? tell me. pasti bukan pada pandangan pertama, kan?' 'bukan. bahkan dia bukan tipemu sama sekali.' aku terkekeh 'setidaknya dia 4 inci lebih pendek dari seharusnya, dan sedikit kelebihan lemak.' 'tapi dia cukup ganteng, kok' kilahku 'kali kedua kau bertemu dengannya' lanjutnya, 'hampir kau mengelak untuk datang seperti janjimu. hari itu kau datang bukan hanya untuk bertemu dia. tapi diam-diam kamu memastikan ia datang.' 'hmm.. aku ingat meninggalkannya untuk berbicara dengan seorang teman. Ketika aku akan kembali, seseorang akan menyanyi di atas pentas.' 'kau lalu mengambil tempat duduk tamu tepat di ujung belakang ruangan yang gelap, lalu menatapnya dari kejauhan. Kau menikmati tontonan caranya berbincang dan tertawa. Kau pasti sadar betul kalau sesekali ia menoleh ke berbagai sudut jauh, seperti mencari seseorang.' 'dia mungkin memang s...

My Name is Khan. Im Not a Terrorist

Satu lagi film bagus yang missed saya tonton pada saat release - nya di 2010. Telat banget. Baru nonton setelah diputar di stasiun TV lo k al tepat di hari pertama di 2014 kemarin . My Name is Khan (MNIK) adalah karya Karan Johar, sineas berbakat asal India. Gaung pujian terhadap MNIK sempat saya dengar. Namun terus terang saja, setelah menontonnya menurut saya film ini tergolong film berbahasa “tinggi”. Tadinya saya pikir film tentang muslim Amerika akan menjadi perhatian di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim. Tapi saya pesimis karena pesan yang ditampilkan MNIK “ A merika banget” ketimbang Asia-nya.  Humor satir yang hanya bisa dipahami orang dengan pengetahuan kultur barat muncul di sana-sini. Pantesan gak terlalu “goong” (atau saya yang kurang gaul :p). Satu hal yang perlu diperhatikan, di balik semua kelebihan pesan moral film ini, sebenarnya penggambaran tentang diskriminasi terhadap muslim Amerika menyimpan potensi salah tanggap oleh perspektif muslim di penjuru...