Langsung ke konten utama

Nglantur dari Twilight Saga : Eclips sampe Louis Amstrong...


Dasar Emak2 kurang gaul ye.. wiken kemaren gw baru sempet nonton Twilight Saga. On DVD, of course. Tiga2nya sekaligus dari Twilight, New  Moon, terakhir Eclips.. finish. Breaking Down yg terakhir khan belum ada.. hehe..

So far merasa lumayan terhanyut dg romantika cinta segitiga antara Edward Culun, Isabella,en Jackob si manusia serigala. Tapi bukan itu yg mau gw bahas. Ada satu moment di film itu yg menurut gw perlu dijadikan pelajaran n perenungan. Yaitu pada saat mereka Wisuda kelulusan SMA. Ada seorang Tokoh yg namanya Jessica, dia bawain speeching yg bagus banget.. serius, ini bagus banget, terutama buat temen2 yg masih muda2 (ceile, ceritanya sok tua, gw..)

Kira2 isi speechingnya gini:
saat masih kecil kita ditanya mau jadi apa ketika sudah besar nanti, jawabannya bla..bla.. lalu ketika mulai beranjak remaja ditanya lagi mau jadi apa.. jawabannya mungkin jadi dokter.. dst..Nah, ketika sekarang lulus sekolah, kalau ditanya lagi, bagaimana kalau jawabannya : WHO'S THE HELL KNOWS!! (agak rude nih, tapi bahasa gaul ya..) ini bukan saatnya membuat keputusan yg singkat dan sulit. Ini saatnya buat sebanyak mungkin kesalahan. Just make many mistakes!! naiklah kereta yg salah, terdamparlah di suatu tempat.. jatuh cintalah.. sebanyak mungkin.. Pikiran kita selalu berubah. karena nggak ada yg tahu nanti kita akan berkarir di bidang yg kita pelajari saat kuliah ataupun tidak.. Hingga suatu saat kita ditanya lagi, mau jadi apa. Jawabannya ya tetep, who knows?!

Buat gw ini pesannya nyampe banget buat siapa aja sebenernya. Sering kita masih bertanya2 mau kemana. Habis ini mau kemana lagi? kiri atau kanan? lanjut atau diem dulu? Terus kita dipenuhi dengan ketakutan. takut akan kesalahan yang akan kita sesali seumur hidup. lalu kita mulai cari2 pegangan.. apa aja dijadiin pegangan.. nasehat ortu, agama, pendapat temen, dosen, penjaga kantin, dll deh pokoknya.

Banyak dari kita kemudian malah merasa tersesat. Eh, koq gue ada di sini ya? koq gue kerja di bidang yg bukan bidang gw pas kuliah? koq gue lebih suka begini dari pada begitu ya?

Pengalaman gw pribadi, setiap saat kita selalu dihadapkan pada decision. Selalu ada yg harus kita putuskan. Oh,ya.. berarti selalu ada pilihan, kan? Hidup itu pilihan, by the way. Emang bener khan? mulai dari bangun pagi, mau bangun jam 6 apa jam 7? kalo udah bangun mau mandi dulu apa langsung sarapan (ih, jorok amat yak?!). Tapi itulah, hidup emang tentang pilihan, kawans. Dan untuk maju kita harus membuat pilihan. Kenapa harus maju? karena kalo nggak maju kita bakal stres. Nggak berarti harus maju terus ya. pasti ada mundurnya. Nah yg enak itu kan maju mundur, actually. Eits, jangan ngeres.. maksudnya kita nggak diem aja gitu.. stuck.. tress, khan? kalo pun keputusan yg kita buat itu ternyata salah, kita bisa aja terpukul mundur. Tapi berapa banyak orang yg sukses itu karena pernah jatuh sedalem2nya? baca deh kisah org2 sukses.

Nah, terus muncul pertanyaan. Dari mana kita bisa membuat keputusan? Ada yg bilang butuh pengetahuan yg cukup untuk bisa membuat keputusan. butuh skill n pengalaman.

apakah harus demikian? Apakah memang harus menunda keputusan untuk menyediakan waktu mempersiapkah diri dengan belajar pengetahuan dulu? Persis seperti kita akan ujian di kampus? Menurut gw pribadi, No! Nggak kayak gitu juga.

Entah sejak kapan gw selalu gunakan intuisi. Intuisi itu di atas nalar dan emosi. Kalau kita pakai emosi jadinya ngaco. Bisa timbul kuatir, takut. Emang bisa tetep dipake, tapi emosi nggak bisa jadi patokan bcoz emosi datang n pergi. Seperti angin. Wusss..wusss.. Sedangkan keputusan membutuhkan konsistensi.

How about nalar? Yup, nalar hubungannya sama logika berpikir. Tapi kadang, kebanyakan org pola pikirnya sudah terjerat dengan pengaruh budaya. Logika akan memaksa kita berdelusi dengan dualisme. Benar-salah, baik-buruk. Bagus-jelek. Boleh-enggak boleh.  Padahal semuanya delusi aja. Delusi itu merupakan hasil pikir yg sudah tekonstruksi oleh belief system. Trus kita anggap sesuatu yg real. Bener gak sih gue gini? Atau gimana kalo gue gitu? akhirnya nggak jalan2. Nggak jadi ambil keputusan juga.

Kalo pakai intuisi kita pakai semua perangkat. emosi sudah terlibat, nalar juga.. Maka butuh intuisi untuk berani ambil keputusan. And then.. Maju selangkah demi selangkah.

Jangan takut.. Jangan kuatir.. Emang kalo salah kenapa? Salah itu yg bilang siapa? Orang lain? Orang tua? Tokoh agama? Dosen? Ini hidup kita. Your life is yours. Kalo bikin salah, terima sebagai pelajaran. Kita lanjut lagi.. Hidup itu maju ke depan, bukan ke belakang.

Mungkin kita bisa berbuat salah. Jadi borok dlm hidup kita en pengennya dihapus aja. Kalo bisa kayak roll film ya digunting aja. Dibuang. Emang bisa? Nggak, lha. Lalu kita menderita karena kesalahan itu. Ok, mulai dr yg bilang salah itu siapa? Kita sendiri. Kenapa kita anggap salah? krn ada nilai yg kita anut. Nilai yg memberi patokan. Entah agama, adat, norma, dll yg menyatakan kalo  ini salah, itu bener, gitu khan? Nah, yg bilang itu siapa? Kalo mau jujur yg bilang salah akhirnya ya kita sendiri.

We shall lose nothing in this world...
Kemanapun  kita pergi. Apapun yang kita kerjakan. semuanya adalah harta berharga bernama pengalaman. Untuk memiliki semua itu, yang terpenting adalah saat ini. Kehidupan ini hanyalah tentang saat ini. Apa yang kita lakukan untuk mengisi hari ini? hal yang berguna untuk kita atau orang lain? mulai dari yang paling kita sukai. Menurut kita sendiri, dan bukan menurut orang lain.

Buat gw sendiri, kesuksesan itu juga bukan suatu keadaan yang mesti dicapai semua orang. Emang ukuran sukses itu gimana, sih? punya harta melimpah? bisa keliling dunia? emang jamin kita bakal bahagia? Buat gw kesuksesan itu kalau kita bisa menikmati hari ini. Mensyukuri yang terjadi kemarin, dan ikhlas untuk menjalani tantangan baru yang akan datang.

What a wonderfull world-nya Louis Amstrong itu lagu favorit gw saat ini. Gw bisa nangis sambil denger itu n direpeat terus sampe laki gw komplain. "Buset deh, gue ampe apal tu lagu. Ganti kek, yang.." hehehe... What a wonderfull world, wonderfull life... What a wonderfull mistakes...

posted on FB by Lisya Christina on Friday, August 5, 2011 at 4:47pm ·

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fall in Love or Fall out of Love

Falling In Love mengubah suatu hal menjadi indah, laki2 menjadi lebih ganteng, perempuan menjadi lebih cantik. Hampir semua pernikahan dimuali dari proses Faling In Love. Jika sesudah pernikahan kemudian diakhiri dengan perceraian, maka itu berarti Falling In Love diikuti dengan Falling Out Of Love. Tidak ada logika ilmiah yang mendukung kenapa orang bisa jatuh cinta. Banyak orang baru mengenal pasangan sebenarnya ketika sudah menikah; Padahal sebelumnya dia pacaran sangat lama.  Karena orang yang sedang jatuh cinta, meskipun dia bicara banyak, sebenarnya dia sedang membicarakan dirinya sendiri. Jadi orang yang sedang jatuh cinta itu sebetulnya sedang menerapkan konsep pasangan terbaik bagi calon pasangan hidupnya, menurut versi dia, tanpa menguji kesesuainnya. Setelah menikah, pasangan ini tidak lagi bicara banyak dibanding saat pacaran, dalam masa ini baru mereka mendengar. Dan ternyata bahwa pasangannya ini tidak sebaik dari yang diharapkannya; itu alasannya mengapa ...

Fong Sai Yuk 2: Jagoanku yang Poligami :|

Pertama kali nonton film Fong Sai Yuk kayaknya waktu masih kecil ya, tahun 90-an gitu deh. Udah ga keitung deh berapa kali ini film tayang di tv lokal. Tapi karena saat itu gue lagi khilaf, nongkrong di stasiun tivi Global TV dan antusias buat nyimak lagi film ini untuk kesekian puluh kalinya.Ternyata ya, kalo kita nonton lagi film lama, kita ga pernah memahaminya dari sudut pandang yang sama lagi. Kalau dulu gue terpukau banget sama ciamik dan lucunya acting ibu Sai Yuk, sekarang justru fokus banget ke romansa Sai Yuk dan istrinya, Ting Ting. Merupakan sekuel dari film  Fong Sai-yuk , film yang bertajuk  Fong Sai-yuk 2  (1993) ini tetap digarap oleh sutradara Corey Yuen. Film ini tentu saja melanjutkan kisah tokoh legenda Fong Sai-yuk (Jet Li) dan istrinya, Ting Ting (Michelle Reis). Mereka kini menjadi anggota kelompok rahasia penentang Dinasti Qing, Kelompok Bunga Merah ( Red Flower Society) yang dipimpin ayah angkat Sai-yuk, Chan Ka-lok (Adam Cheng). ...

Love Phobia: Bila Cinta Harus Berjarak

Seperti kebanyakan film drama Korea lainnya yang penuh dengan adegan romantis, diselingi komedi dan berakhir dengan kisah sedih menyayat hati,  Love Phobia  jelas bukan pengecualian. Namun yang menarik dari kisah ini adalah alur cerita, termasuk ide ceritanya sendiri. Meskipun tergolong ide cerita yang biasa saja, namun nampak sekali penggarapan konflik yang apik mampu membuat penonton seperti saya sabar menunggu kisah bergulir.  Jo Kang (Seung Woo Cho) kecil tengah berboncengan sepeda dengan ayahnya ketika pertama kali ia berjumpa dengan Ari Dong (Hye Jeong Kang). Saat itu ayahnya sedang menjawab pertanyaan Jo Kang tentang cinta sejati. Jo Kang merasak menemukan cinta sejatinya pada diri Ari sejak saat itu. Ari adalah seorang anak perempuan yang dikenal aneh. Kemana-mana memakai jas hujan warna kuning tak terkecuali di dalam ruangan kelas. Sebagai anak baru di kelas, Ari memperkenalkan diri sambil bercerita bahwa ia adalah anak titisan makhluk luar angkasa yang di...